Wednesday, October 31, 2012

Hanya Bisa Ditemui Satu Kali Dalam Satu Tahun





Ini video klip lagu "Ode Buat Kota" milik group Indie-Pop "Bangku Taman" asal Yogyakarta. Dibuat di tahun 2010 saat sholat Ied sedang berlangsung serentak di seluruh wilayah Jakarta.

Sudah lama saya suka sekali video klip ini. Tapi baru sempat men-share-nya sekarang. Salah satu yang menarik menurut saya, selain lagu yang enak didengar adalah fakta yang dimuat di running text video tersebut mengenai Jakarta. Datanya diambil dari Japan International Corporation Agency dan The Institute of Transportation and Development Policy (ITDP). 

Berikut ini sebagian yang saya tulis ulang :
  1. Pada bulan Juli 2010, jumlah penduduk propinsi DKI Jakarta adalah sebanyak 8.525.109 jiwa. (Itupun dengan catatan, jika semua penduduk rata terkena sensus).
  2. Angka tertinggi jumlah penduduk diraih oleh wilayah Jakarta Timur yang mencapai kurang lebih 2.630.836 jiwa.
  3. Pertumbuhan kendaraan di Jakarta per tahun diperkirakan sebesar 11 persen. Dimana pertumbuhan panjang jalan per tahun diperkirakan hanya 1 persen saja.
  4. Tercatat setiap harinya ada sekitar 138 pengajuan pembuatan STNK baru di wilayah Jakarta.
  5. Setiap hari juga tercatat sekitar 890 sepeda motor baru terdaftar di wilayah Jakarta.
  6. Sampai dengan bulan Mei 2010, tercatat jumlah sepeda motor di wilayah Jakarta mencapai 8.087.118 unit.
  7. Pada jam - jam rawan macet (pagi dan sore hari) pergerakan kendaraan - kendaraan di jalan utama di Jakarta sekitar 12 km/jam.
  8. Kerugian yang diperoleh oleh masyarakat karena pemborosan nilai waktu di jalan dan pemborosan biaya operasi kendaraan bermotor (terutama bahan bakar) adalah (sekitar) lebih dari 17,2 trilyun rupiah per tahun.
Kesimpulan dari dua lembaga peneliti tersebut, jika tidak ada perbaikan pada sistem tata kota, kondisi Jakarta diperkirakan akan lumpuh total di tahun 2014.

Kalau untuk saya sendiri, fakta yang ditampilkan tersebut merupakan PR besar bagi pemerintah kota Jakarta, SEMUA penduduk Jakarta, serta SEMUA penduduk di wilayah lain yang beraktivitas di Jakarta.

Kalau untuk saya sendiri, satu titik putih tidak bisa mengubah warna lautan hitam. Begitupun sebaliknya, satu titik hitam, tidak memberi perubahan warna yang begitu berarti bagi lautan putih.

Kalau untuk saya sendiri, tidak perlu punya cita - cita jadi superhero seperti Bruce Wayne yang berhasil menyelamatkan kota tempat dia tinggal, tapi lakukan saja hal positif di lingkungan sekitar terlebih dahulu. Misalnya membuang sampah pada tempatnya, tidak meludah di sembarang tempat, atau bahkan tidak lupa mendoakan negara beserta penghuninya dalam tiap sholat. Sekecil apapun, meskipun belum bisa memberi perubahan besar dan berarti,  paling tidak itu membawa kebaikan di dalam diri sendiri.

Wednesday, October 24, 2012

So, Please Please Please..



So, please please please
Let me, let me, let me
Let me get what I want
This time...

Thursday, October 11, 2012

Cerita Sabtu

Rajamandala - Bandung, 6 Oktober 2012. 
(Dini, Bei, Teteh & suami).

Namanya nenek Leila. Usianya sudah delapan puluh empat tahun. Pencapaian yang luar biasa, karena di usia sebanyak itu, ia masih bisa berjalan gagah dengan dua kakinya (walaupun sesekali dengan bantuan tongkat), dengan jangkauan memori otak yang masih luas (meskipun ada pengulangan di beberapa hal kecil).

Saya, terutama, kagum sekali dengannya. Mengingatkan saya pada dua nenek saya yang sudah bahagia disisi Tuhan disana.

Nenek Leila orang sunda asli. Meskipun bahasa sehari - harinya adalah bahasa sunda, tapi ia mengerti bahasa Indonesia, dan bahkan bisa bahasa Jawa. Saya yang bersuku Jawa pun sampai malu dibuatnya karena tidak menguasai bahasa Jawa yang halus seperti yang ia ucapkan.

Nenek Leila pensiunan PNS. Sampai hari menjelang pensiunnya ia masih bekerja di Dinas Pemuda dan Olahraga (saat ini disebut Kemenpora). Itu mungkin yang menyebabkan fisik dan pikirannya masih bekerja baik di usia senja tersebut.

Nenek Leila banyak bercerita. Bahkan sepanjang saya disana, pembicaraan didominasi olehnya. Tapi saya tidak bosan akan ceritanya. Setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, menarik menurut saya.

Nenek Leila suka menonton. Dulu tontonannya telenovela. Tapi semenjak telenovela bergeser menjadi sinetron, itulah tontonan sehari - harinya sekarang ini. "Dude Herlino" katanya mengenai artis sinetron favoritnya. Dan setiap menonton, nenek selalu membawa papan kayu untuk ujian yang ada penjepitnya, diisi kertas dan bolpen, catatan jadwal tayang sinetron yang dimainkan Dude Herlino.

Selain sinteron, tayangan lain kesayangan nenek Leila adalah pertandingan bola. Yes, bola. Nenek mengidolakan tim Belanda. Tiap ada pertandingan bola, apalagi jika tim favoritnya bermain, sampai tengah malampun diikuti olehnya. Bahkan suka rebutan TV dengan cucunya yang hanya mau nonton bola jika Persib main. Bobotoh mania. Dan seperti juga sinetron, nenek punya catatan jadwal tayang pertandingan bola lengkap. Tak lupa komentar - komentar lengkap seputar pertandingan bola.

Seru, yah.

Tidak sampai disitu. Di tengah - tengah cerita nenek tiba - tiba menanyakan "Teh, kalau yang untuk research - research itu di Jakarta apa teh namanya, nenek lupa." kita semua berpikir keras. Apa yah, mungkin LIPI yang nenek maksud. Lalu kita menanyakan nenek mau meriset apa. Tapi lalu nenek tertawa malu - malu sambil bilang "Engga jadi ah, nenek takut." Lucu sekali.

Tapi waktu kita akan pulang, pertanyaan itu diulang lagi oleh nenek. Lalu kita insist menanyakan nenek mau meriset apa sebenarnya. Akhirnya mengakulah nenek "Nenek teh mau meriset mengenai pendengaran orang yang tidak pakai jilbab dengan orang yang pake jilbab." tapi lalu ia tertawa geli dan bilang "Ulah ah, nenek takut dosa". Karena nenek tidak memakai jilbab.

Lalu teteh bilang sambil menunjuk jilbab yang teteh pakai "Kalau ini mah tipis nek, tidak mengganggu pendengaran." lalu kata nenek "Bukan. Bukan jilbab kayak teteh, tapi jilbab yang dililit - lilit."

Ternyata maksud nenek hijabers. *hahahahahaha* Nenek tidak suka ternyata dengan jilbab dililit - lilit itu. Maksudnya menyindir secara halus.

Lalu nenek juga cerita soal masa - masa kerjanya. Dimana saat itu (paling tidak), PNS pusat yang ditempatkan di daerah sangat rawan suap. Nenek cerita sering di-"amplop"-i, dan tidak pernah diterima. Selalu dikembalikan ke staff-nya, entah dimakan sendiri oleh si staff atau benar - benar dikembalikan ke yang memberi, yah hanya Allah yang tahu.

Dulu, kata nenek, setiap punya uang, nenek selalu membelanjakan, tidak pernah disimpan - simpan. Dibelanjakan untuk orang satu rumah atau bahkan dibagi - bagikan untuk orang lain. Asalkan tidak disimpan sendiri. Dan cerita itu diakhiri dengan ucapan "Kalau dipikir - pikir, kenapa ya nenek teh dulu gak butuh uang? Aneh." sambil berpikir dan tersenyum.

Saya tahu jawabannya. Karena kayaknya, untuk nenek yang penting itu bahagia. Ada atau tidak ada uang, tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Pikiranlah yang mengatur kita mau bahagia atau tidak Maka itu, sampai saat inipun hidup nenek Leila kelihatan selaras seimbang dan tanpa beban. 

Saya ingin sepertinya di bagian hidup yang satu itu. :)