Masalahnya, seberapa banyak sih tangan kanan kita sudah memberi? Apa sudah cukup?
Kalau hitungan cukup atau tidak sih emang 100% Tuhan yang bisa nilai. Tapi diri sendiri seharusnya kan juga punya ukuran cukup atau tidak yang cuma diri kita yang tahu.
Katanya sih yang namanya memberi itu gak akan ada habisnya dan gak pernah cukup. Saya setuju sekali.
Tapi coba deh kalau lagi mau fair menilai diri sendiri, pada kenyataannya sudah maksimal belum sih si tangan kanan kita ini memberi?
Saya pernah suatu waktu diminta tolong teman mendoakan dia untuk suatu hal yang lagi mau dia lakukan. Doakan ya supaya lancar. Doakan ya supaya tidak ada halangan. Doakan ya supaya hasilnya baik. Apa saat itu saya langsung mendoakan? Kenyataannya sih enggak.
Memang niatnya mau mendoakan. Beneran deh. Tapi tiba-tiba ada satu dan lain hal kepentingan diri sendiri yang harus didahulukan daripada mendoakan si teman. Nanti deh habis ini. Nanti habis itu. Nanti deh sekalian pas lagi ini. Nanti deh nanti..
Gak berapa lama si teman mengabari kalau hal yang sudah dia lakukan berhasil. Dapat hasil yang baik. Dan berterimakasih atas doa saya.
Saat itu seperti mau nampar diri sendiri dan benturin kepala ke meja. Kan sebenarnya saya gak patut dapat terimakasih itu. Wong saya belum doain sama sekali kok, baru sekedar niat.
Terus pernah keingetan gak hal nyata apa yang pernah dilakuin untuk membantu teman? Hal nyata loh ya.
Memberi kuping untuk mendengar keluh kesah sih memang baik. Memberi bahu dan tisu sebagai fasilitas teman yang sedang menangis juga baik. Tapi menurut saya, 2 hal itu sebagai penyaluran saja atas masalah si teman.
Tapi memberi solusi nyata atas masalahnya, sudah seberapa banyak sih kita melakukannya? Lebih banyak mana antara memberi penyaluran dan memberi solusi?
Ya tulisan ini saya buat sebenar-benarnya untuk self reminder saja. Alhamdulillah kalau ada yang jadi terinspirasi juga.
Sudah di usia segini, sudah berapa banyak sih hal baik yang real yang sdah saya lakukan. Apalagi sebentar lagi saya mau jadi ibu. Mau mengajarkan apa ya saya buat si anak nanti supaya hidupnya lebih berguna dari saya. Wong bekal saya kayaknya belum cukup juga. Dan sejuta keegoisan lain yang masih ada di diri sendiri dan susah hilang.
But life is a never-ending lesson katanya. Dan yang namanya memberi itu gak akan pernah ada habisnya dan gak pernah bikin kita miskin juga katanya.
Mudah-mudahan sebelum Allah 'memanggil' saya suatu hari nanti, sudah ada hal nyata yang besar menurut ukuran pribadi saya yang sudah saya lakukan untuk kebaikan orang banyak. Tanpa masih mengkhawatirkan kepentingan sendiri lagi. Amin.
~Tulisan ini terinspirasi sehabis nonton film 'Cahaya dari Timur'. This is a good inspirational movie I've ever seen. Sejuta jempol untuk sutradara dan semua yang terlibat.
No comments:
Post a Comment