Thursday, October 11, 2012

Cerita Sabtu

Rajamandala - Bandung, 6 Oktober 2012. 
(Dini, Bei, Teteh & suami).

Namanya nenek Leila. Usianya sudah delapan puluh empat tahun. Pencapaian yang luar biasa, karena di usia sebanyak itu, ia masih bisa berjalan gagah dengan dua kakinya (walaupun sesekali dengan bantuan tongkat), dengan jangkauan memori otak yang masih luas (meskipun ada pengulangan di beberapa hal kecil).

Saya, terutama, kagum sekali dengannya. Mengingatkan saya pada dua nenek saya yang sudah bahagia disisi Tuhan disana.

Nenek Leila orang sunda asli. Meskipun bahasa sehari - harinya adalah bahasa sunda, tapi ia mengerti bahasa Indonesia, dan bahkan bisa bahasa Jawa. Saya yang bersuku Jawa pun sampai malu dibuatnya karena tidak menguasai bahasa Jawa yang halus seperti yang ia ucapkan.

Nenek Leila pensiunan PNS. Sampai hari menjelang pensiunnya ia masih bekerja di Dinas Pemuda dan Olahraga (saat ini disebut Kemenpora). Itu mungkin yang menyebabkan fisik dan pikirannya masih bekerja baik di usia senja tersebut.

Nenek Leila banyak bercerita. Bahkan sepanjang saya disana, pembicaraan didominasi olehnya. Tapi saya tidak bosan akan ceritanya. Setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, menarik menurut saya.

Nenek Leila suka menonton. Dulu tontonannya telenovela. Tapi semenjak telenovela bergeser menjadi sinetron, itulah tontonan sehari - harinya sekarang ini. "Dude Herlino" katanya mengenai artis sinetron favoritnya. Dan setiap menonton, nenek selalu membawa papan kayu untuk ujian yang ada penjepitnya, diisi kertas dan bolpen, catatan jadwal tayang sinetron yang dimainkan Dude Herlino.

Selain sinteron, tayangan lain kesayangan nenek Leila adalah pertandingan bola. Yes, bola. Nenek mengidolakan tim Belanda. Tiap ada pertandingan bola, apalagi jika tim favoritnya bermain, sampai tengah malampun diikuti olehnya. Bahkan suka rebutan TV dengan cucunya yang hanya mau nonton bola jika Persib main. Bobotoh mania. Dan seperti juga sinetron, nenek punya catatan jadwal tayang pertandingan bola lengkap. Tak lupa komentar - komentar lengkap seputar pertandingan bola.

Seru, yah.

Tidak sampai disitu. Di tengah - tengah cerita nenek tiba - tiba menanyakan "Teh, kalau yang untuk research - research itu di Jakarta apa teh namanya, nenek lupa." kita semua berpikir keras. Apa yah, mungkin LIPI yang nenek maksud. Lalu kita menanyakan nenek mau meriset apa. Tapi lalu nenek tertawa malu - malu sambil bilang "Engga jadi ah, nenek takut." Lucu sekali.

Tapi waktu kita akan pulang, pertanyaan itu diulang lagi oleh nenek. Lalu kita insist menanyakan nenek mau meriset apa sebenarnya. Akhirnya mengakulah nenek "Nenek teh mau meriset mengenai pendengaran orang yang tidak pakai jilbab dengan orang yang pake jilbab." tapi lalu ia tertawa geli dan bilang "Ulah ah, nenek takut dosa". Karena nenek tidak memakai jilbab.

Lalu teteh bilang sambil menunjuk jilbab yang teteh pakai "Kalau ini mah tipis nek, tidak mengganggu pendengaran." lalu kata nenek "Bukan. Bukan jilbab kayak teteh, tapi jilbab yang dililit - lilit."

Ternyata maksud nenek hijabers. *hahahahahaha* Nenek tidak suka ternyata dengan jilbab dililit - lilit itu. Maksudnya menyindir secara halus.

Lalu nenek juga cerita soal masa - masa kerjanya. Dimana saat itu (paling tidak), PNS pusat yang ditempatkan di daerah sangat rawan suap. Nenek cerita sering di-"amplop"-i, dan tidak pernah diterima. Selalu dikembalikan ke staff-nya, entah dimakan sendiri oleh si staff atau benar - benar dikembalikan ke yang memberi, yah hanya Allah yang tahu.

Dulu, kata nenek, setiap punya uang, nenek selalu membelanjakan, tidak pernah disimpan - simpan. Dibelanjakan untuk orang satu rumah atau bahkan dibagi - bagikan untuk orang lain. Asalkan tidak disimpan sendiri. Dan cerita itu diakhiri dengan ucapan "Kalau dipikir - pikir, kenapa ya nenek teh dulu gak butuh uang? Aneh." sambil berpikir dan tersenyum.

Saya tahu jawabannya. Karena kayaknya, untuk nenek yang penting itu bahagia. Ada atau tidak ada uang, tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Pikiranlah yang mengatur kita mau bahagia atau tidak Maka itu, sampai saat inipun hidup nenek Leila kelihatan selaras seimbang dan tanpa beban. 

Saya ingin sepertinya di bagian hidup yang satu itu. :)



3 comments:

  1. Dindutsi.. nenek namanya Leila Kartawidjadja.. ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha. Udah diganti tuh teh. Bei juga pas pertama baca komennya sama kayak teh. Hihi. Cuma aku blm update lagi, baru sempet sekarang.
      Yuuk teh, ampera lagi. :)

      Delete
  2. ayo kemon.. kapan ke bdg lg? ktnya mau ke legoh juga.. xixixi.. ;)

    ReplyDelete